Senin, 25 Mei 2020

Lampu Belajar Cerdas: Atasi Sakit Mata dan Penggunaan Kacamata

Lampu Belajar Cerdas: Atasi Sakit Mata dan Penggunaan Kacamata

Fajar Shiddiq Setyawan yang merupakan mahasiswa prodi Teknik Elektro mampu menciptakan lampu belajar yang berbeda dengan yang lainnya.

Dengan bimbingan dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Muhammad Ali, M.T Fajar membuat salah satu lampu belajar yang secara otomatis bisa menyesuaikan kondisi cahaya pada permukaan dengan menggunakan aplikasi berbasis mikrokontroler.

Fajar Shiddiq Setyawan

Mahasiswa yang satu ini menjelaskan apa yang membuat ia menciptakan aat ini karena merujuk pada hasil survei yang diterbitkan oleh salah seorang blogger.

Data yang diambil oleh website tersebut menyebutkan bahwa 35 persen anak sekolah di salah satu daerah terdeteksi sakit mata dan hanya beberapa anak saja yang mau menggunakan kacamata.

"Kita dapat merasakan dampak dari kurangnya pencahayaan saat melakukan aktivitas menggunakan indra penglihatan, bahkan sekarang kita belum sadar dan peduli, akan tetapi saat kinerja mata mulai menurun barulah sangat diperhatikan hal ini." ujar Fajar.

"Kurangnya pencahayaan seperti kasus di atas, bisa membuat mata kita stres dan penglihatan menjadi kabur (blur/burem) ketika keluar ruangan. Apabila kebiasaan ini terus berlanjut, maka mata akan terkena rabun  baik jauh maupun dekat. Kelelahan mata biasanya ditandai seperti mata merah, mengeluarkan air mata, iritasi mata dan lain-lain", imbuhnya.

Melihat problem / permasalahan itu, tercetus ide saya untuk meluncurkan inovasi lampu belajar cerdas dimana standar penerangan untuk belajar berkisar antara 200 - 300 lux.

"Oleh sebab itu, media utama dalam pembuatan lampu belajar ini adalah dengan menggunakan lampu LED dengan beberapa manfaat diantaranya ialah sumber daya yang cukup sedikit, tidak menimbulkan panas berlebih seperti yang ada pada lampu TL atau bohlam, pengaturan cerah redup yang mudah dilakukan", tuturnya.

"Dimensi alat ini 16 cm x 11,5 cm x 15 cm dapat bekerja dengan baik dengan kesalahan pembacaan dengan alat ukur Luxmeter sebesar 2,3%, nilai ini termasuk cukup baik karena hasil perbandingan mendekati nilai yang sebenarnya pada alat ukur luxmeter" tambahnya.

"Sensor yang digunakan adalah peka terhadap cahaya, yakni Light Dependent Resistor (LDR) yang berfungsi untuk mendeteksi kecerahan pantulan yang disebabkan oleh perbedaan bidang", gambarnya.

“LDR akan mengeluarkan tegangan yang berubah-ubah, sejalan dengan perubahan intensitas cahaya  dari warna bidang  yang diterima,  pemantulan cahaya yang dipancarkan oleh LED Super Bright, resistansi LDR tinggi pada saat terdeteksi beda warna benda yang ditentukan dimana sinyal ini dapat dijadikan sebagai sinyal masukan”, kata Fajar.

 “Dengan menggunakan pengetahuan dasar tentang PWM mikrokontroler dan sensor cahaya jenis LDR, maka lampu ini dapat menyesuaikan diri tiap kali ada perubahan pada bidang sehingga diharapkan akan menjadikan suasana belajar bagi anak atau orang dewasa sebagai pengguna menjadi lebih nyaman dan menyenangkan”, pungkasnya.


EmoticonEmoticon